Lailatul Qadar

Dalam tulisan ini akan diterangkan tentang apa yang dilakukan dalam malam kemuliaan ini dan apa yang terjadi di dalamnya setiap tahun. Dan membahas tentang keutamaan mendirikannya dan penyebabnya, serta menerangkan tentang waktu, pendapat para ulama dan alamat-alamatnya.

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu ? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun Malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabb-nya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (Al-Qadr; 1-5).

Keterangan dari Ayat-ayat ini adalah sebagai berikut:

Menurut pendapat yang sahih lagi masyhur, malam kemuliaan ini hanya khusus untuk ummat Muhammad dan malam kemuliaan ini tetap ada hingga hari kiamat. Sedangkan kata „Anzalnaahu", Kami telah menurunkannya, yang dimaksud adalah Al-Qur'an pada malam yang penuh dengan kemuliaan. Allah memerintahkan para Malaikat agar memindahkannya dari Lauh Mahfuzh secara sekaligus ke Baitul 'Izzah dilangit yang paling bawah. Allah SWT, telah berfirman: Di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, di tangan para penulis (utusan) yang mulia lagi berbakti. ('Abasa; 13-16).

Setelah itu diturunkan secara bertahap kepada Rasullullah secara bertahap sesuai dengan kejadian-kejadian yang dialaminya selalam 23 tahun.

Sedangkan pertanyaan yang diajukan dalam Ayat ini, dengan maksud mengagungkan kedudukan malam lailatul qadar.

Lebih baik dari seribu bulan tanpa lailatul qadar, atau dengan kata lain keberkahan malam ini yang dilimpahkan kepada hamba-hamba Allah lebih baik daripada keberkahan seribu bulan yang tidak mengandung lailatul qadar dan amal saleh yang dikerjakan pada malam itu lebih baik dari pada pahala seribu bulan tanpa lailatul qadar.

Para Malaikat yang turun pada malam ini, mereka para Malaikat penghuni Sidratul Muntaha atau Malaikat lainnya dan turun pula ar-Ruh yang artinya menurut suatu pendapat adalah Malaikat Jibril karena berdasarkan kepada firman Allah SWT:

Al-Qur'an dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Malaikat Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan. (Asy-Syu'ara; 193-194)

Bi-idzni Rabbihim, dengan perintah Allah SWT. Min Kulli Amrin, untuk mencatat segala sesuatau yang ditentukan oleh Allah dalam tahun itu hingga tahun berikutnya. Salaamun berkedudukan sebagai Khabar yang didahulukan, sedangkan lafaz Hiya berkedudukan sebagai Mubtada yang diakhirkan, artinya malam itu penuh dengan kesejahteraan sampai fajar terbit. Dinamakan salam karena pada malam itu penuh dengan para Malaikat.

Sebagai pelengkap dari Ayat-ayat ini diriwayatkan pula hadis-hadis yang menceritakan tentang kejadian ini;

Dari AbuHurairah r.a.:

Barang siapa yang mengerjakan salat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharapkan pahala, niscaya dosa-dosanya yang terdahulu diampuni. (Riwayat Khamsah)

Sabda Rasulullah saw.:

Bahwa diperlihatkan kepada beliau saw. umur-umur manusia dari kalangan ummat sebelumnya atau hal-hal lainnya mengenai mereka yang dikehendaki Allah SWT. Maka seakan-akan Rasulullah sesudah itu menganggap pendek umur ummatnya, karena merasa khawatir ummatnya tidak dapat mencapai amal yang pernah dilakukan oleh selain mereka berkat kepanjangan umurnya. Maka Allah SWT memberinya dengan lailatul qadar yang lebih baik dari seribu bulan.

(Riwayat Malik) Dari Siti Aisyah r.a.:

Adalah Nabi saw. apabila masuk tang sepuluh (terakhir dari bulan Ramadhan), maka beliau mengeratkan ikat kainnya dan menghidupkan malam sepuluh itu serta membangunkan keluarganya. (Riwayat Khamsah) Menurut lafaz yang diketengahkan oleh Imam Turmudzi disebutkan bahwasanya Nabi saw. selalu bersungguh-sungguh dalam malam-malam sepuluh terakhir lebih daripada malam-malam lainnya.

Adalah Nabi saw. selalu beri'tikaf pada malam-malam sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan dan beliau selalu bersabda: „Carilah lailatul qadar dalam malam-malam sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan". (Riwayat Syaikhain dan Turmudzi)

Rasulullah saw. pernah bersabda: „Carilah oleh kalian lailatul qadar pada malam yang ganjil dari malam-malam sepuluh terakhir Ramadhan. (Riwayat Syaikhain dan Turmudzi)

Dari Ibnu Umar r.a.:

Sesungguhnya banyak orang dari kalangan sahabat Nabi saw. yang melihat lailatul qadar dalam mimpi mereka yaitu pada malam-malam tujuh terakhir. Lalu Rasulullah saw. bersabda, „Aku pun melihat mimpi kalian benar-benar sama jatuh pada malam-malam tujuh terakhir, karena itu barang siapa yang hendak mencari lailatul qadar maka hendaklah ia mencarinya pada malam-malam tujuh terakhir". (Riwayat Khamsah kecuali Turmudzi)

Dari Ibnu Abbas r.a.: Rasulullah perbah bersabda:

„Carilah ia dalam malam-malam sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, yakni lailatul qadar pada malam tinggal sembilan malam lagi, tinggal tujuh malam lagi dan tinggal lima malam lagi. (Riwayat Tsalatsah)

Dari Ayat-ayat dan hadis-hadis ini tentulah kita maklum akan kemuliaan dan keutaman dari lailatul qadar ini serta betapa besar pahala yang akan didapat apabila kita mendapatkannya. Sebagai Muslim yang tahu tentang tujuan dari penciptaannya serta mengerti dengan benar arti dari kehidupan yang fana ini seperti yang disebutkan oleh Allah SWT. di dalam Al-Qur'an:

„Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (beribadah kepada-Ku)." (QS. 51:56).

tentunya kita akan menfaatkan kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita ini. Cara mencari lailatul qadar di Islam telah dicontohkan oleh Rasulullah saw., yakni dengan beri'tikaf yang dibarengi oleh Iman hanya kepada Allah SWT.

Ini semua sesuai dengan makna asal Islam yaitu menerima segala perintah dan larangan Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah saw, serta dengan sungguh-sungguh menghadapkan wajah dan hatinya kepada Allah SWT dalam semua persoalan hidupnya.

Firman Allah SWT: „Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS. 6:162-163)

Tanpa penyerahan diri dan penerimaan sepenuhnya kepada Allah SWT terhadap hukum-Nya tidaklah ia beriman kepada Allah SWT dengan seutuhnya. Allah berfirman: „Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. 4:65)

Mudah-mudahan tulisan yang sedikit ini dapat menggugah hati Ikhwan dan Akhwat sekalian untuk memanfaatkan kesempatan beribadah kepada Allah SWT yang sangat besar pahalanya disisi Allah SWT. Sebentar lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan, bulan yang penuh Rahmat yang didalamnya terdapat lailatul qadar ini. Salam dan Selamat menunaikan Ibadah Puasa penulis ucapkan kepada Ikwan dan Akhwat semua, semoga di bulan Ramadhan ini kita semua mendapatkan limpahan Rahmat dari Allah SWT, sehingga Ukhuwah yang kita jalin selama ini merupakan persaudaraan dalam Iman kepada Islam yang tulus dan terbebas dari maksud-maksud lainya. Amin.

Akhir kalam penulis mengucapkan mohon maaf apabila ada salah yang penulis lakukan, kepada Allah SWT penulis mohon ampun, „Yang benar (hak) datangnya dari Allah SWT, Yang salah datangnya dari penulis yang tidak luput dari kesalahan". (ASM)

Wasalam